Rabu, 20 Oktober 2010

Muslimah Berjilbab Wakili Belanda

Amsterdam. Meski Islam sering mendapat serangan dari segelintir kelompok di Belanda, namun masyarakat pada umumnya tak memperlakukan diskriminasi terhadap kaum muslim.

Terbukti, masyarakat Belanda dan dunia kini dikejutkan dengan munculnya Elsa van de Loo (22), gadis asli Belanda-Dominica menjadi wakil Kaum Muda Belanda di PBB. Selain beragama Islam dia juga mengenakan jilbab lengkap.


Elsa van de Loo

Elsa dan teman-temannya
Elsa mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Amsterdam itu menjadi sorotan dunia, seolah-olah mengimbangi dengan santernya kabar rencana pelarangan jilbab di Belanda.

Elsa bertolak ke New York 2 Oktober 2010 untuk berbicara mewakili Belanda di forum muda mudi PBB. Dia akan mendesak perhatian pemimpin dunia tentang perlunya “Air Sebagai Hak Asasi Setiap Individu”.

Elsa yang sudah mengenakan jilbab sejak 2 tahun silam, setelah menjadi mualaf 5 tahun lalu, mengaku tidak canggung dan terganggu hidupnya sebagai muslimah di Belanda, dengan tetap mengenakan jilbab.

“Dalam kehidupan bermasyarakat, di luar politik sebenarnya kaum muda sangat toleran. Bahkan terbuka dan mereka bisa menghormati pilihan individu,” kata Elsa dirilis Radio Netherland.

“Mungkin tanggapannya akan sedikit berbeda kalau saya tinggal di pedesaan. Tapi pengalaman saya sejauh ini baik-baik saja,” tambahnya.

Gadis ini mengakui, di luar urusan politik, sebenarnya kaum muda Belanda sangat toleran karena memang di sana multicultural dan multietnik yang dihuni oleh penduduk berbagai latar belakang budaya dan agama.

Dia bukan keturunan imigran muslim, tetapi justru blasteran Belanda-Dominica yang memperoleh hak hidup sama dengan penduduk lain. Walau diakui, kemenangannya mewakili Belanda di kancah muda mudi PBB itu ada yang merasa tidak nyaman, tapi Elsa tetap mewakili semua kaum muda Belanda tanpa kecuali.

Dia menekankan pentingnya air. “Satu miliar penduduk bumi tidak punya akses air bersih. Akibatnya banyak kematian bayi,” paparnya.

Sumber : BPost 4 Oktober 2010

Sesaat Tugu Khatulistiwa Tanpa Bayangan

Terjadinya peristiwa tanpa bayangan atau kulminasi matahari yaitu ketika matahari berada tepat tegak lurus di atas kepala, setiap Maret dan September, setiap tanggal 21-23, mulai pukul 11.50 WIB pada Maret dan pukul 11.39 WIB pada September.

Tepat pada jam itu, sesaat Tugu Khatulistiwa atau tongkat yang didirikan tidak ada bayangannya.

Menurut Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, peringatan detik-detik kulminasi matahari yang hanya terjadi dua kali dalam setahun itu bisa menarik minat wisatawan berkunjung ke kota Pontianak dan Kal-bar umumnya.

Peristiwa kulminasi ini cukup unik dan hanya terjadi di kota Pontianak untuk di Indonesia.

Sumber ; BPost 25 September 2010