Sabtu, 12 Februari 2011

Jadikan aku seperti yg Engkau inginkan (1)

KADANG kita bertanya dalam hati dan menyalahkan Tuhan, "Apa yg telah saya lakukan sampai saya harus mengalami ini semua?" atau "Kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya?"
Here is a wonderful explanation.

Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yg dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota. Saat itu ibunya sedang membuat kue dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata, "Tentu saja, I love your cake."

"Nih, cicipi mentega ini," kata ibunya menawarkan.

"Yaiks..!," ujar anaknya.

"Bagaimana dengan telur mentah?"

"You're kidding me, Mom."

"Mau coba tepung terigu atau baking soda?"

"Astaga...Mom, semua itu menjijikkan."

Lalu ibunya menjawab, "Ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yg benar, akan menjadi kue yg enak."

Tuhan bekerja dgn cara yg sama. DIA adalah koki yg sangat ahli meramu dan memasak kita, sehingga menjadi satu 'kue' yg lezat untuk dinikmati (= menjadi berkat).

Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yg sulit dan tidak menyenangkan. Tapi, jika kita membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dgn rancanganNya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya. Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita.


Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi,sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan.
Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.
Biarlah ini menjadi kekuatan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan, sementara kita menantikan proses kita menjadi 'matang' ditangan Tuhan.

taken from Bunga Rampai 12

Jadikan aku seperti yg Engkau inginkan (2)



SEBATANG bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu, "Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"
Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu."

Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur."

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam, kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"

Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."

Akhirnya batang bambu itu menyerah dan pasrah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki." Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.



Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya?.

Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa, Allah sedang membuat kita sempurna untuk di pakai menjadi penyalur keberkahan. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Allah tidak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul (Laa Yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa).
Jadi maukah kita berserah pada kehendak Allah, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya? Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, " Ini aku Allah, perbuatlah sesuai dengan yang Engkau kehendaki."

dari : Cerita dan Kisah Tauladan.